Menikmati Kearifan Lokal Bali Lewat Arsitektur Bangunan

Saya belum melakukan observasi baik dengan menanyakan langsung ke penduduk lokal maupun mencari referensi dasar terkait dengan kearifan lokal masyarakat Bali yang tertuang dalam arsitektur bangunan yang ada disini. Terutama ketika dilihat dari sudut pandang luar ruangan (eksterior bangunan).

Namun saya cukup kagum bahkan penasaran mengenai banyaknya bangunan terutama perkantoran pemerintahan hingga ke berbagai desain rumah penduduk maupun hotel dan villa yang mengusung tema kearifan lokal ini.

Hampir setiap sudut yang dilewati kala melakukan perjalanan menggunakan kendaraan, suasana "Bali banget" cukup terasa karena desain bangunan yang ditemui memanglah seperti itu.

Latar belakang asumsi yang saya kemukakan tersebut bersumber dari berbagai rumah ibadah (Pura) yang cukup mudah untuk ditemukan. Lalu membandingkannya dengan berbagai peruntukkan bangunan yang ada disini. Dari bentuk pagar hingga penampakan eksterior secara keseluruhan, seolah mirip.

Mungkin akan ada perbedaan jika lebih jauh berbicara antara detail bangunan ibadah dibandingkan dengan pemanfaatan suatu bangunan untuk sebuah hunian. Namun secara garis besar, menurut saya sama. Atau setidaknya sangat mirip. Kalau berbicara mengenai kesan yang dirasakan, justru malah semakin sulit untuk dibedakan.

Hal ini tentu menjadi kekuatan tersendiri terutama kehadirannya dalam mendukung sektor pariwisata yang sudah sejak lama dikembangkan. Ibaratnya, selain menikmati keindahan alam, juga dimanjakan dengan arsitektur bangunan asli daerah.

Wisatawan baik domestik maupun mancanegara, tentu akan menyambut baik hal yang demikian. Toh, mereka juga mungkin akan merasakan kesan yang sama dengan apa yang saya rasakan. Seolah berwisata arsitektur.

Hal yang sama justru berbanding terbalik pada banyak destinasi unggulan yang ada di Indonesia yang pernah saya sambangi. Mungkin tidak semua, tapi sepertinya banyak yang lupa untuk menggali sejarah dan tetap mempertahankan kekayaan lokal dalam bentuk rancang bangun suatu bangunan. Padahal jika dipikirkan, saya yakin bahwa Bali merupakan provinsi yang konsep wisatanya banyak diadopsi dan menjadi kiblat bagi pengembangan kawasan wisata yang ada di berbagai kota Indonesia.

Tapi kenapa seolah berhenti ketika berbicara mengenai arsitektur dari masing-masing daerah?

Tidak bermaksud menyalahkan. Tidak sama sekali. Ini hanya pengingat bahwa rupa-rupanya Bali memanfaatkan banyak aspek kehidupan lokal sehingga mampu seperti sekarang ini.

Lalu bagaimana dengan daerah lain yang baru mulai merangkak dalam mempromosikan wisata di daerahnya masing-masing?!

Hal yang perlu diingat adalah, terkadang kita tak perlu jauh-jauh hingga keluar negeri. Karena untuk mengetahui bagaimana pemerintah dan pihak terkait mengembangkannya, setidaknya kita punya Bali untuk mulai menggali pengetahuan mengenai bagaimana suatu kearifan lokal mempunyai peluang untuk menghidupi masyarakatnya.

Comments