Pelayanan Kios Sebelah Kos Vs Pusat Perbelanjaan Modern

Pada satu titik, saya harus akui bahwa pelayanan terhadap calon pembeli itu sangat penting. Bahkan, saya sebagai pembeli pun kerap dibuat senang atau kecewa bukan pada produk yang saya beli, tapi bagaimana pelayanan yang saya dapatkan.

Entah sejak kapan saya sedikit merasa kecewa, kios sebelah kosan saya itu pelayanannya cukup mengecewakan. Tidak setiap saat, namun tergantung siapa yang menjaganya.

Ada 2 penjaga di kios tersebut. Penjaga pertama itu perhatian dan seolah melayani dengan sepenuh hati. Disisi lain, penjaga ke-2 justru memberi kesan sebaliknya. Sangat bertolak belakang.

Urusan setulus hati tersebut memang tidaklah bisa saya ketahui apa yang ada dalam hati dan pikiran orang lain. Tapi setidaknya saya bisa membaca dari gerak tubuhnya baik menggunakan komunikasi verbal maupun non-verbal.

Senyum atau tidak, bertanya kebutuhan kita atau tidak, dan sebagainya. Hal-hal tersebut bagi saya sangat bisa dinilai karena bukanlah sesuatu yang kasat mata. Bisa dinilai!

Beberapa kali belanja, pada penjaga kedua seringnya ketika belanjaan butuh dimasukkan ke wadah plastik, itu kantong kresekannya seolah mau di lempar. Memang sangat hiperbola bahasa saya, tapi mau bagaimana lagi, kesan tersebutlah yang saya tangkap.

Setelah itu, saya sendiri yang harus memasukkan belanjaan tersebut. Memang sederhana dan saya juga tidak sedang ingin diperlakukan sebagai raja. Tapi ketika tempat belanja beralih ke mini-market atau bahkan mall, gak perlu saya harus merasakan hal yang demikian. Rata-rata di pusat perbelanjaan modern, pekerjanya langsung memasukkan belanjaan tersebut seolah sudah menjadi bagian dari pekerjaan wajib yang harus mereka lakukan. Hal kecil ini mungkin sering luput dari perhatian kita, tapi justru ini juga yang menjadi hal penting ketika tidak mendapatkan perlakuan yang sama di tempat lain.

Masuk di Indomaret saja kita sudah di sapa dengan sapaan khasnya. Dan saya kadang senyum-senyum sendiri sampai membalas sapaan tersebut. Bagi saya, saya dan si penyapa tadi setidaknya sudah melakukan hal yang positif.

Senyum itu sedekah dan itu hal positif yang harus dilakukan. Siapa sih yang tidak senang di kasih senyuman? Cieelahhh.

Tapi jujur, meskipun kadang hanya diberi senyum sapa, mood saya waktu itu jadi lebih baik lagi atau setidaknya tidak lebih buruk dari sebelumnya.

Kita membelanjakan uang juga jadi lebih ikhlas, bahkan mungkin akan semakin bertambah jumlah uang yang dikeluarkan dengan adanya pelayanan yang diberikan.

Untung saja kios tadi belum ada saingannya yang cukup besar seperti itu, coba ada dan memberikan layanan yang baik, pasti akan semakin ketat persaingan.

Pada banyak pusat perbelanjaan modern, pekerjanya seolah sudah dibekali semacam pelatihan atau mungkin seolah sudah ada buku panduan bagaimana melayani konsumen. Karena itu, rata-rata dari mereka seolah seragam dalam melayani. Padahal kita sendiri sadar, bahwa tempat-tempat belanja tersebut memiliki barang yang biasanya lebih mahal dibandingkan dengan di kios. Tapi, pembeli rame-rame aja tuh.

Barangkali, mereka juga paham dan sudah sangat berpengalaman bahwa harga semahal apapun, kalau diberikan dengan pelayanan yang handal, maka mereka tidak perlu khawatir.

Pusat perbelanjaan modern juga mungkin dikenal dengan dananya yang cukup besar untuk berpromosi. Entah mengadakan event, beriklan di tv atau secara online, dan sebagainya. Namun tanpa didukung dengan pelayanan yang ramah, maka orang akan secara bertahap meninggalkannya. Sebesar apapun dana yang digelontorkan. Bisa-bisa mangkrak jualannya.

Saya jadi berpikir, ketika nanti saya bisa memiliki kios, mungkin akan memberikan pelayanan sekelas pusat belanja modern. Toh senyum dan sapaan serta bertanya kebutuhan konsumen juga belum tentu membuat rahang saya kaku dan merugikan jualan saya. Toh masukin belanjaan kedalam kantong kresekan belum tentu membuat tangan saya keram.

Sekian dan maafkan curhat saya ini.

Comments