Pentingnya Kata Kunci Untuk Memancing Ide Menulis di Blog

Kalau urusannya sudah berbicara mengenai kata kunci (keyword), bawaannya selalu berpikir ke arah SEO-SEOan. Pokoknya yang berhubungan dengan optimasi mesin pencari lah. Tapi tidak kali ini.

Selain pengetahuan dan pengalaman yang masih belum seberapa, saya hanya ingin menegaskan mengenai pentingnya kata kunci bagi seorang blogger untuk merangsang ide menulis di blog.

Jadi begini.

Setidaknya, sejak 6 bulan terakhir ini sering banget saya menulis. Entah itu cuma 1 artikel, 2 maupun 3 per hari. Sempat 10 hari juga hanya beberapa artikel saja.

Semakin sering menulis, kecepatan dalam proses pembuatan tulisan pun semakin hari akan semakin terasa. Setidaknya, membandingkan kemampuan saya saat ini dengan 6 bulan yang lalu, itu sangat jauh berbeda sekali menurut saya.

Awalnya, menulis 500-an kata saja beratnya minta ampun. Bisa 2,5-3 jam kayaknya. Sekarang justru bisa setengahnya. Menurut saya, ini perkembangan yang baik meskipun mungkin blogger lain bisa lebih cepat. Tapi, itu urusan mereka. Yang penting saya merasakan ada tren positif yang saya peroleh.

Salah satu pemicunya adalah dengan adanya target kata kunci yang harus saya sasar.

Namun terlepas dari aspeknya yang berhubungan dengan optimasi mesin pencari, saya mencoba memanfaatkan kata kunci sebagai pemicu dalam mengalirkan ide tulisan.

Menentukan topik tulisan itu sebenarnya sangat mudah, namun ketika sudah mulai menuliskan judul artikel blog, saya terkadang ribet sendiri waktu itu. Bisa berjam-jam.

Berbeda halnya dengan ketika sudah ada kata kunci yang ingin dituliskan. Setidaknya pada kolom pengisian judul artikel baik di Blogger maupun WordPress, saya sudah bisa mengisinya dengan 2 atau 3 kata yang bersumber dari kata kunci yang sudah saya tetapkan.

Dengan begitu, bisa dianggap bahwa 40 atau 50 persen pembuatan judul sudah terselesaikan. Perlahan namun pasti.

Setelah itu, terkadang masih buntu. Masih belum bisa melanjutkan. Alhasil, buka banyak tab lagi di browser untuk membaca konten yang terkait dengan artikel yang akan saya buat. Kadang juga berpikir sejenak mengenai pembicaraan bersama teman atau keluarga di hari sebelumnya apakah ada yang bisa diselipkan di tulisan yang akan saya hasilkan, dan seterusnya.

Alhasil, terkadang saya sudah tahu apa yang ingin saya tuliskan. Kalimat seperti apa yang akan saya ketikkan.

Tanpa menunggu komando bahwa harus menyelesaikan dulu judulnya, saya malah langsung menuliskan artikelnya. Dan saya sering menemukan diri saya melakukan hal yang sama dimana melengkapi judul adalah langkah terakhir yang saya lakukan.

Yang penting 1, yaitu isi artikel sesuai dengan pembahasan dari kata kunci yang sudah saya tetapkan.

Setelah selesai merampungkan artikelnya, baru kemudian saya baca ulang dengan tujuan untuk mengedit barangkali ada kalimat yang tidak sesuai atau menemukan kesalahaan pada ejaan. Dalam proses tersebut, biasanya secara otomatis pula muncul beberapa ide baru mengenai judul artikel yang saya anggap relevan.

Hingga akhirnya terbitlah artikel dengan kata kunci yang sudah ditargetkan, lengkap dengan judulnya yang tidak lagi setengah-setengah.

Proses pengerjaannya benar-benar tidak berurutan sama sekali. Tapi yang terpenting adalah bagaimana akhirnya tulisan yang awalnya diniatkan akhirnya bisa dipublikasikan. Itu saja. Toh saya juga bukan mesin yang harus bekerja dengan langkah-langkah yang sudah ditetapkan.

Berbulan-bulan menulis dengan metode yang serba acak, baik berurutan maupun tidak.

Tapi pada akhirnya, justru metode tersebutlah yang membuat saya bekerja semakin efisien dalam menggunakan waktu.

Jika diperhatikan, hal yang saya lakukan adalah dengan mulai mengerjakan hal-hal yang mudah terlebih dahulu. Jika sulit, saya lewati. Sama halnya dengan nasihat guru-guru saya saat masih sekolah ketika akan menghadapi ulangan atau ujian, kerjakan dahulu soal yang lebih mudah.

Jika terpaku pada hal-hal yang sulit, saya mungkin akan semakin lupa untuk mengerjakan hal yang lebih mudah. Bahkan pekerjaan bisa jadi terbengkalai semua.

Penentuan keyword ini terserah mau bersumber dari mana. Bahkan terkadang kata kunci yang muncul di kepala tentu saja tidak berupa kalimat lengkap yang bisa berwujud seperti judul artikel. Saya hanya memulainya dengan 2 atau 3 kata saja dan itu sudah sangat cukup membantu.

Sepanjang pengalaman saya tersebut yang tentunya masih banyak kekurangannya sana-sini, saya sangat merasakan bahwa keberadaan kata kunci itu sangatlah penting dalam proses penyajian konten. Terlepas dari seberapa baik dan buruknya kualitas tulisan saya.

Kalau mau nunggu harus berkualitas dulu menurut orang lain, bisa-bisa saya menunda-nunda tulisan dan gak bakalan ada yang dipublikasikan karena harus nurut sama standar pihak lain.

Entah itu artikel Bahasa Indonesia maupun Inggris, pokoknya saya cuma bisa yakin saja bahwa bahasanya readable enough menurut saya, lalu kemudian publish. Kelar!

Tapi bukan berdasarkan readibility-nya plugin Yoast SEO ya kalau pakai WordPress. Kalau itu, pasti nilai tulisan saya kebanyakan merah. Dan meskipun demikian, tetap saja saya publikasikan.

Soalnya, coba saja ambil beberapa artikel bahasa inggris dari blog bule atau situs berita internasional yang kamu kenal. Coba paste ke editor WordPress untuk cek readibility-nya, salah satu atau bahkan beberapa akan terindikasi masih kurang dengan munculnya warna kuning bahkan merah. Apalagi saya yang lahir dengan bahasa daerah Wakatobi dan juga Bahasa Indonesia.

Comments