Tiba Dulu, Baru Berangkat!

"Eh bang, kira-kira elu mati dulu baru hidup, apa hidup dulu baru mati?" Saya yakin kalau pertanyaan tersebut hanya ada di pikiran saya saja dan bukan anda kan? Lah terus, memang ada orang yang nyampe dulu di tujuan perjalanannya sebelum berangkat? Banyak kok yang ngirim WA katanya sudah otw padahal baru mau mandi. Omongannya nyampe duluan padahal badannya gak kemana-mana.

Gak gitu juga mungkin ya. So......
"Tiba dulu, baru berangkat!"
Kalimat tersebut sebenarnya adalah salah satu pegangan hidup bagi pelayar masa lalu di daerah saya, Pulau Tomia, Wakatobi. Gak tahu kalau pulau lainnya yang mungkin juga sama.

Pesan yang ingin disampaikan sebenarnya cukup sederhana namun sangat bermanfaat bagi para pelayar dalam mengarungi lautan luas untuk mencari nafkah. Terkhusus bagi pebisnis, karena waktu itu kebanyakan perahu layar yang berangkat tujuannya adalah untuk dagang, maka kebanyakan pebinsis pun sebenarnya sudah menerapkan makna dari filosofi diatas.

Pegangan hidup masyarakat pelaut di Pulau Tomia, Wakatobi

Sebagai informasi awal, selayaknya kapal layar yang biasa anda kenal dengan nama Perahu Pinisi, di daerah saya sejak dulu fungsinya itu ada dua untuk dijadikan sebagai mesin uang. Yaitu sebagai lalu lintas manusia dan barang antar-pulau serta sebagai angkutan barang saja baik untuk kemudian dijual diatas kapal, di pelabuhan atau jembatan kecil maupun di kios-kios yang sudah disewa karena pernah berkunjung ke suatu tempat sebelumnya dan kembali lagi.

Para kakek perantau (pelayar) di Tomia itu sejak dulu, sudah gak heran lagi sama yang namanya merantau di luar negeri terutama di kawasan Asia. Mulai dari Malaysia, Singapura, Filipina dan negara lainnya yang bahkan kebanyakan kami cucu-cucunya saat ini belum pernah menginjakkan kaki disana.

Sudah sekolah tinggi-tinggi, masih kalah jauh dan tertinggal juga sama kakek-kakek kami dahulu yang sering keluar-masuk berbisnis di luar negeri. Di tempat saya, bahkan kami menyebut Singapura sebagai Sangkapura sampai saat ini.

Tanpa teknologi dan entah ada atau tidak relasi bisnisnya disana. Apalagi kalau harus selfie sana-sini.

Dunianya hanya seputaran laut, arah mata angin, bintang sebagai pemandu dan dagang serta tekad yang kuat. Bahkan, mesin perahu saat itu pun banyak yang tidak memilikinya. Perjalanan bisa berbulan-bulan hanya untuk sampai di pelabuhan tujuan.

Jadi kalau merasa iri tentang pencapaian orang lain yang terkesan sukses dengan foto-foto di media sosialnya, saya sudah kebal kalau urusan itu. Karena saya lebih malu sama kakek saya sendiri dengan berbagai pengalaman hidupnya.

Saya menerka, salah satu penyebab ketidakmampuan saya adalah suka lupa sama makna filosofi diatas.

Kalau dibagi menjadi dua bagian, maknanya akan menjadi sebagai berikut:

  1. Tiba dulu; Ketahui dahulu lebih banyak informasi mengenai kondisi perjalananmu nanti dan apa saja yang bisa kamu lakukan di pelabuhan tujuan.
  2. Baru berangkat: Persiapannya bagaimana? Bekalnya apa saja? Berapa banyak ABK/kru? Yakin sudah siap? Kelemahannya dimana? Nahkoda terbaiknya siapa? dll.

Itu yang nantinya akan menjawab semulus apa pelayaran yang akan dilakukan dan hasil apa yang bisa dibawa pulang.

Kalau memikirkan kedua poin tersebut, saya gak bisa lepas dari analisis atau metriks SWOT. Ibaratkan dalam dunia bisnis, saya harus tahu apa kekuatan saya dan pesaing bisnis saya, apa saja kelemahannya, peluangnya dimana, serta ancaman yang bisa muncul apa saja? Harus benar-benar tahu luar-dalamnya (faktor internal dan eksternal) mengenai apa yang akan dilakukan.

Dan semua hal tersebut telah nenek moyang kita upayakan dan contohkan bahkan tanpa tahu siapa itu Albert Humphrey yang baru memperkenalkan SWOT tahun 60-an. Dengar namanya saja mungkin belum sampai saat ini.

Kadang saya berpikir, kalau ada anak-anak yang saat ini bahkan dimarahi orang tuanya karena gak dapat rengking di kelasnya atau bukanlah siswa berprestasi, ayolah! yang terjadi di sekolah bukanlah cerminan kehidupan yang sebenarnya! Kita harus belajar lagi dari apa yang nenek moyang kita lakukan dahulu.

Tentu saya mengatakan hal itu tanpa maksud mengkerdilkan sedikitpun apa yang telah lembaga pendidikan lakukan hingga saat ini.

Saya harus tahu sesusah apa tujuan yang ingin saya raih untuk bisa mempersiapkan diri dengan baik, kelebihan dan kekurangan saya dimana untuk bisa memaksimalkan potensi diri dan meminimalkan berbagai hambatan, peluang yang harus saya masuki dimana, dan ancaman yang harus bisa saya antisipasi dan tangani apa saja.

Tiba dulu, baru berangkat! Karena ini adalah perjalanan laut demi mereka yang menetap di darat.

Ini adalah tentang bagaimana mempersiapkan fisik dan mental diri kita dalam mencapai tujuan hidup. Entah itu bisnis, entah itu dalam membangun keluarga yang harmonis, meraih impian-impian dalam hidup dan semua hal yang ingin menjadi pencapaian terbesar di masa depan.

Jika sudah "tiba," Bismillah saja dan siap-siaplah berangkat kemana impian akan membawa anda.

Tulisan ini sebagai pengingat untuk diri sendiri tanpa sedikitpun bermaksud menggurui. Semoga ada manfaatnya. Terima kasih.

Comments